MAKALAH
ILMU
KALAM
tentang
ASY’ARIYAH
dan AJARANNYA
“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu
Kalam”
Oleh :
HANDAYANI
310.006
Dosen Pembimbing :
AULIA FAHMI M.A
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
Aliran dalam Islam ini berkembang
sangat banyak sekali sehingga menimmbulkan perpecahan dalam umat Islam itu
sendiri. Maka dari itu kami sebagai pemakalah akan membahas mengenai aliran
Asy’ariyah dan juga ajaran-ajarannya.
Dalam makalah ini tentu saja
masih banyak terdapat kekurangan yang pembaca temui dan kami sangat menyadari
hal itu. Oleh sebab itu, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan sekali.
Semoga makalah ini bisa menambah
wawasan kita tentang agama islam dan aliran-aliran yang ada di dalam Islam
tersebut. Amin…
BAB II
PEMBAHASAN
ASY’ARIYAH DAN AJARANNYA
A. Pengertian dan latar belakang munculnya
Asy’ariyah adalah sebuah aliran
yang menganut iktikad yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan diikuti oleh
sahabat-sahabatnya. Aliran ini dinisbatkan kepada pendirinya yaitu Imam Abul
Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, keturunan Abu Musa al-Asy’ari, seorang tahkim
dalam peristiwa Perang Siffin dari pihak Ali. Dia lahir di kota Bashrah tahun
260 H (873 M) dan meninggal tahun 324 H (935 M) di Baghdad[1].
Pada awalnya ia berguru kepada seorang pendekar Mu’tazilah waktu itu bernama Abu
Ali al-Jubai. Memang dahulunya al-Asy’ari ini merupakan penganut paham Mu’tazilah,
namun terasa baginya sesuatu yang tidak cocok dengan Mu’tazilah yang pada
akhirnya condong kepada ahli fiqih dan ahli hadits.
Setelah lama-lama berpikir dan
merenungkan antara ajaran-ajaran Mu’tazilah dengan paham ahli-ahli fiqih dan
hadits, maka ketika dia sudah berumur 40 tahun dia bersembunyi di dalam
rumahnya selama 15 hari untuk memikirkan hal tersebut. Tepat pada hari jumat,
dia berdiri di atas mimbar mesjid Bashrah dan secara resmi menyatakan keluar
dari Mu’tazilah.
Kata al-Asy’ari tersebut adalah:
“Wahai masyarakat, barangsiapa mengenal aku, sungguh dia telah
mengenalku. Barangsiapa yang tidak mengenalku maka aku mengenalnya sendiri. Aku
adalah Fulan bin Fulan. Dahulu aku berpendapat bahwa al-Qur’an adalah makhluk,
bahwasanya allah tidak melihat dengan mata, bahwasanya perbuatan-perbuatan yang
jelek aku sendiri yang memperbuatnya. Aku bertaubat mencabut dan menolak
paham-paham mu’tazilah dan keluar darinya”.
Adapun sebab terpenting Asy’ari meninggalkan
Mu’tazilah adalah karena adanya perpecahan yang dialami kaum muslimin yang bisa
menghancurkan mereka sendiri, kalau seandainya tidak diakhiri. Dia
mendambagakan kesatuan umat, dia sangat khawatir kalau al-Qur’an dan Hadits menjadi
korban dari paham-paham Mu’tazilah yang dianggapnya semakin menyimpang dan
menyesatkan masyarakat karena Mu’tazilah lebih mementingkan akal fikiran.
B. Tokoh-tokoh Asy’ariyah
Setelah meninggalnya Abu Hasan al-Asy’ari
maka aliran Asy’ariyah ini mengalami kemunduran atau kesurutan. Maka pada saat
itu juga muncul pihak-pihak yang yang menentang aliran asy’ariyah tersebut,
seperti pengikut mazhab Hambali. Ketika itu muncullah seorang menteri dari Bani
Saljuk yang bernama Nidhomul Muluk (m. 485 H/1092 M)[2],
mendirikan dua buah madrasah yang terkenal yaitu, Nidhomiyah di Naisabur
dan di Baghdad.
Kemudian tokoh-tokoh ulama
terkenal yang berperan dalam kemajuan aliran Asy’ariyah tersebut adalah:
a.
Abu Bakar bin Tayyib al- Baqillany (m. 403
H/1013 M), lahir di kota Bashrah. Kitab karangannya yang terkenal ialah at-Tamhid,
berisi antara lain tentang atom, sifat dan cara pembuktian.
b.
Abu al- Ma’aly bin Abdillah al- Juwainy (419-478
H/1028-1085M), lahir di kota Naisabur, kemudian pindah ke kota Mu’askar dan akhirnya
sampai di Baghdad. Dia mengikuti ajaran-ajaran al- Baqillany dan al- Asy’ari.
Kitab karangannya dibidang tauhid yang terkenal antara lain:
-
Qawalidu ‘Aqaidu yang menguraikan tentang
prinsip-prinsip akidah.
-
Al Burhan fie Ashuli Fiqhi menerangkan tentang
masalah iman dan ilmu yang digali berdasarkan sumber-sumber makrifat dan
obyeknya.
-
Al Irsyad fie Qowathi’i I-llah fie Ushuli i-‘Aqaid
menerangkan tentang pokok-pokok kepercayaan dan kewajiban pertama seorang
muslim dewasa terhadap agama.
-
Masailul Imam Abdul Haqqi ash Shaqati wa Ajwibatihi
lil Imam Abil Ma’ati, kitab ini berisi jawaban masalah-masalah yang
dipertanyakan orang seperti alam itu baru, isra’ mi’raj, dll.
-
Nihayatul Mathlub fie Dirayatil Mazhab, kitab
ini adalah pandangan fiqihnya menurut mazhab Syafi’i.
c.
Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Qazali (450-505
H/1059-1111M) lahir di kota Thus, negeri Khurasan. Gurunya adalah Imam Juwainy.
Kitabnya yang terkenal adalah Bidayatul
Hidayah suatu kitab pengantar ilmu tasauf dan Ihya’ ‘Ulumudddin yang
berisi tentang cara-cara menghidupkan kembali jiwa beragama yang waktu
itu mulai luntur.
d.
Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf as Sanusi,
lahir di kota Tilimsan Aljazair (833-895H/1427-1490M). Diantara kitab
karangannya adalah: Aqidah Ahli Tauhid, berisi
pandangan-pandangan tauhid dan Ummul
Barahin berisi pembagian sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan
Rasul-Nya.
e.
Imam Abu Abdillah Muhammad at-Taimi al Kubro ibnu
Khatib Fahruddin ar Razi. Lahir di
Persia 543H. Dia menulis kitab ilmu kalam, fiqih, tafsir dan lain-lain.
f.
Abdul Fattah Muhammad Abdul Karim ibnu Abi Bakar
Ahmad asy Syahrastani. Lahir di
Khurasan (479-574H/1086-1153M). kitab karangannya yang terkenal al Milal Wan Nihal. Menerangkan
golongan-golongan dalam Islam dan berbagai paham keagamaan dan falsafat. Kitab
ini terdiri dari 3 juz dalam satu jilid.
C. Ajaran-ajaran atau pokok-pokok pemikiran
Asy’ariyah
1.
Sifat-sifat Tuhan. Menurut aliran ini, Tuhan
mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an. Allah
mengetahui dengan ‘ilm (ilmu),
berkuasa dengan qudrah, hidup dengan hayah, berkehendak dengan iradah, berkata dengan kalam, mendengar dengan sama’, melihat dengan bashar, dan seterusnya. Sifat-sifat
tersebut adalah azali, qadim, dan
berdiri di atas zat Tuhan. Sifat itu bukan zat Tuhan, bukan pula selain dari
zat-Nya.[3]
2.
Al-Qur’an menurut mereka adalah qadim, bukan
makhluk. Dasarnya adalah ayat an-Nahl ayat 40;
$yJ¯RÎ) $uZä9öqs% >äóÓy´Ï9 !#sÎ) çm»tR÷ur& br& tAqà)¯R ¼çms9 `ä. ãbqä3usù ÇÍÉÈ
Sesungguhnya
perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya, kami Hanya
mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia.
3. Melihat Tuhan bisa dengan
mata kepala sendiri di akhirat. Dasarnya adalah firman Allah dalam surat
al-Qiyamah ayat 22-23;
×nqã_ãr 7Í´tBöqt îouÅÑ$¯R ÇËËÈ 4n<Î) $pkÍh5u ×otÏß$tR ÇËÌÈ
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu
berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka Melihat
4.
Perbuatan manusia
diciptakan tuhan bukan diciptakan oleh manusia itu sendiri. Dasarnya adalah surat as-Saffat ayat 96;
ª!$#ur ö/ä3s)n=s{ $tBur tbqè=yJ÷ès? ÇÒÏÈ
Padahal
Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.
5.
Tuhan bertahta di ‘Arsy,
mempunyai muka, tangan, mata, dan sebagainya. Tetapi tidak sama dengan yang ada
pada makhluk.
6.
Keadilan Tuhan, Tuhan
tidak mempunyai kewajiban apapun. Tuhan
tidak wajib memasukkan orang jahat ke neraka dan juga sebaliknya, namun
semua itu hanya kehendak mutlak dari Tuhan karena Dia Maha Kuasa atas
segala-galanya.
7.
Muslim yang berdosa besar
menurut aliran ini apabila melakukan dosa besar dan meninggal dunia sebelum
bertobat, tetap menjadi mukmin, tidak kafir, tidak pula berada antara keduanya
sebagaimana pendapat Mu’tazilah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Amin, Ahmad, Zhuhr al-
Islam, jilid IV, Beirut: Dar al- Fikr,1969
Nasir, Sahilun, Pengantar
Ilmu Kalam, Jakarta: CV. Rajawali, 1991
Asmuni, Yusran, Ilmu
Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
Rozak, Abdul, Ilmu
Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007
Anwar, Rosihon, Ilmu
Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007
izin comot bang
BalasHapusSilahkan...jangan lupa di tambahkan juga utk menambah wawasanya. Jangan lupa sering2 mampir di blog saya.trimakasih
HapusPadat berisi
BalasHapus