MAKALAH
BAHASA ARAB
Tentang
JAMA’ TAKSIR & JUMLAH FI’LIYYAH MABNI LIL MA’LUM
Oleh:
HANDAYANI
310.006
Dosen Pembimbing:
DR. ASRINA, M.Ag
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN IMAM BONJOL PADANG
2011 M / 1432 H
BAB I
PENDAHULUAN
Al Qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah, untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Al Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab yang sangat indah dan mempunyai makna yang mendalam dan hikmah yang sangat banyak. Bahasa ini mempunyai keunikan tersendiri, ada yang namanya isim, fi’il, harf dan masih banyak lainnya yang tidak ada dalam pembahasan bahasa yang lain.
Banyak orang yang mengatakan pelajaran bahasa Arab ini sangat susah untuk dipelajari dan dipahami, padahal sebenarnya tidak. Jika kita benar-benar mempunyai tekad untuk mempelajari dan memahami bahasa Arab Insyaallah kita bisa. Amiiiin......
BAB II
PEMBAHASAN
JAMA’ TAKSIR & JUMLAH FI’LIYYAH MABNI LIL MA’LUM
Pengertian Jama’ Taksir
Jama’ Taksir ialah kalimah (kata) isim yang dijama’kan dengan merubah bentuk mufradnya. Perubahan ini ada kalanya dengan menambah huruf atau mengurangi, atau merubah harkat atau ditambah dengan huruf lain salah satu atau seluruhnya. Dengan perkataan lain Jama’ Taksir adalah “Kalimah yang berubah dari bentuk mufradnya.”[1]
Contoh :
قَلْبٌ (qolbun) menjadi قُلُُوْبٌ (quluubun) = hati
رَسُوْلٌ (rosuulun) menjadi رُسُلٌ (rusulun) = rosul
Dalam jamak ini, tidak ada kaidah untuk membuat jamak taksir seperti jamak mudzakkar atau muannats salim. Sehingga untuk mengetahuinya dengan menggunakan kamus atau banyaknya membaca dan menelaah kitab. Jika isim mufrod hanya mempunyai salah satu bentuk jamak,baik jamak mudzakkar saja, jamak muannats saja atau jamak taksir saja, dan sangat jarang ditemukan suatu isim mufrod yang mempunyai dua bentuk jamak, walaupun ada isim mufrod yang mempunyai dua isim jamak sekaligus, seperti kata ناصر (naashirun)=orang yang menolong.
ناصر (naashirun) menjadi ناصرون (naashiruuna) = jamak mudzakkar salim
ناصر (naashirun) menjadi أنصار (anshoorun) = jamak taksir.
Pola-pola Jama’ Taksir
Merupakan jama’ yang bentuknya tidak beraturan dan banyak terjadi perubahan dari bentuk mufradnya, sehingga perlu dihafal pola-polanya. Para ulama nahwu, telah meneliti beberapa kalimat yang dikategorikan jama’ taksir, akhirnya menemukan pola-pola khusus dari jama’ taksir. Adapun pola-pola itu ialah:[2]
رَقْمٌ No. | جَمْعُ التَّكْسِيْرِ Jama’ Taksir |
1. | أَفْعَالٌ |
2. | أَفْعُلٌ |
3. | فِعْلَةٌ |
4. | فُعَّالٌ |
5. | فِعَالٌ |
6. | فُعُولٌ |
7. | فُعُلٌ |
8. | فُعَلاَءُ |
9. | أَفْعِلاَءُ |
10. | فَعَائِلُ |
11. | مَفَاعِلُ |
12. | مَفَاعِيْلُ |
Ada beberapa hal yang harus kita ketahui:
1. Beberapa kata benda mempunyai dua atau lebih bentuk jama’ tak beraturan. Misalnya, (laut). Beberapa kata benda mempunyai brntuk jama’ beraturan dan juga bentuk jama’ tak beraturan. Misalnya, (anak) - (jama’).
2. Bentuk jama’ tak beraturan dari suatu kata benda sangat banyak dan biasanya memberi cukup banyak kesulitan kepada para siswa. Cara terbaik untuk mempelajari bentuk jama’ dari suatu kata benda adalah dengan mempelajarinya bersama bentuk tunggalnya.
3. Bentuk jama’ tak beraturan diperlakukan seperti kata benda muannas tunggal. Misalnya:
Ada pengecualian, yaitu kata benda yang menunjukkan orang. Misalnya:
4. Jika kata benda yang tidak menunjukkan orang dalam bentuk jama’ beraturan, maka ia juga diperlakukan sebagai kata benda muannas tunggal. Misalnya:[3]
Jumlah Fi’liyyah Mabni Lil Ma’lum
Fi’il mabni ma’lum (aktif) yaitu kata kerja yang disebut fa’ilnya (subjek), seperti: (Muhammad telah menghafal pelajaran).
Pola kalimatnya:
· Fi’il Madhi Mabni Ma’lum
Pada huruf awal fi’il madhi mabni ma’lum mempunyai dua macam keadaan:
1. Difat-hahkan, apabila bukan hamzah washl, seperti:
2. Dikasrahkan, apabila huruf awalnya Hamzah Washl dalam fi’il Khumasi, seperti: dan fi’il Sudasi, seperti:
· Fi’il Mudhari’ Mabni Ma’lum
Ketentuannya adalah:
1. Wajib fat-hah huruf mudhara’ahnya kecuali fi’il mudhari’ empat huruf, maka dhammah.
2. Harakat sebelum huruf terakhir adalah kasrah jika fi’il mudhari’ yang lebih dari tiga huruf
Penjelasannya:
1. Harakat huruf mudhara’ah:
a. Difat-hahkan, bila mana fi’ilnya berasal dari:
Tsulatsi
Khumasi
Sudasi[4]
b. Didhammahkan, bila mana fi’ilnya berasal dari:
Ruba’i
Ruba’i Mujarrad
Mulhaq ruba’i mujarrad
2. Harakat huruf kedua dari ujungnya:
a. Difat-hahkan, bilamana fi’ilnya berasal dari khumasi yang mengikuti:
o Wazan seperti fat-hah nun
o Wazan seperti fat-hah waw
o Wazan seperti fat-hah lam yang kedua
o Wazan
3. Dikasrahkan, seluruh fi’il mudhari’ selain dari fi’il tsulatsi mujarrad dan selain dari fi’il mudhari yang mengikuti wazan-wazan di atas, di antaranya fi’il mudhari yang mengikuti:
o Wazan seperti kasrah Ra’
o Wazan seperti kasrah tha’
o Wazan seperti kasrah zay
Tashrif Fi’il Madhi Ma’lum dan Fi’il Mudhari’ Ma’lum
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
Tashrif Fi’il Amar Ma’lum
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jama’ taksir merupakan jama’ yang tidak beraturan yang mengubah bentuk mufradnya. Ada juga diberikan penambahan huruf dan pengubahan barisnya.
Contoh :
قَلْبٌ (qolbun) menjadi قُلُُوْبٌ (quluubun) = hati
رَسُوْلٌ (rosuulun) menjadi رُسُلٌ (rusulun) = rosul
2. Dalam jamak ini, tidak ada kaidah untuk membuat jamak taksir seperti jamak mudzakkar atau muannats salim. Sehingga untuk mengetahuinya dengan menggunakan kamus atau banyaknya membaca dan menelaah kitab.
3. Fi’il Mabni Ma’lum adalah kalimat aktif yang menujukkan subjek sebagai pelakunya.
Contoh:
B. Saran
Makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami dari pemakalah mengharapkan adanya tanggapan dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alish, Muhammad Al Imam Syaikh, Syarah Nadzom Maqshud, penrj: Chatibul Umam, (Jakarta, Darul Ulum Press, 1995).
Kapliwatzky, Jochanan, Pelajaran Bahasa Arab Untuk Orang Non Arab, (Jakarta, DEPAG, 1986).
Umam, Chatibul, Hadis, Abidin Nawawi, Qawa’idul Lughati ‘Arabiyyah, (Jakarta, Darul Ulum Press, 1997).
[1] Umam, Chatibul, Hadis, Abidin Nawawi, Qawa’idul Lughati ‘Arabiyyah, (Jakarta, Darul Ulum Press, 1997), hlm. 156
[3] Kapliwatzky, Jochanan, Pelajaran Bahasa Arab Untuk Orang Non Arab, (Jakarta, DEPAG, 1986), hlm. 100-101
[4] Alish, Muhammad Al Imam Syaikh, Syarah Nadzom Maqshud, penrj: Chatibul Umam, (Jakarta, Darul Ulum Press, 1995), hlm. 60-61
JAMA’ TAKSIR & JUMLAH FI’LIYYAH MABNI LIL MA’LUM