SEJARAH PERADABAN ISLAM (S P I)
RESUME
DINASTI BANI UMAYYAH & ABBASIYAH
“Diajukan Untuk
Memenuhi tugas akhir semseter dua
Mata Kuliah sejarah peradaban islam”
Oleh :
HANDAYANI
BP
310. 006
Dosen Pembimbing :
JECKY BUS. M. Ag
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM ( PMH )
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
2010/2011
DIANSTI BANI UMAYYAH
DAN BANI ABBASYIAH
A. Kekhalifahan Umayyah
a.
Kelahiran dinasti umaayah
Mu’awiyah
dinobatkan sebagai khalifah di iliya’ (Yerusalem) pada 40 H/660 M. dengan
penobatanya itu, ibu kota provinsi Suriah, Damaskus, berubah menjadi ibu kota
kerajaan Islam. Meskipun telah resmi dinobatkan sebagai khlifah, Mu’awiyah
memeliki kekuasaan yang terbatas karena beberapa wilayah Islam tidak mengakui
kakhalifahanya. Selama proses abitrase berlangsung ‘Amr ibn al-Ash, tangan
kanan Mu’awiyah, telah merebut Mesir dari tangan pendukung Ali, meskipun dengan
dekimian, para penduduk diwilayah Irak mengangkat al-Hasan, putra tertua Ali,
sebagai penerus Aliyang sah, sedangkan penduduk Mekah dan dan Medinah tidak memeliki loyalitas yang
kokoh kepada penguasa dari keturunan Sufyan, karena mereka mengakui kenabian Muhammad
pada saat penakulukan Mekah.
b.
Kekuasaan Mu’awiyah, model pemerintahan Arab
Setelah berhasil
mengalahkan oposisi, Mu’awiyah (661-680) dengan leluasa mengarahkan energinya
untuk menghadapi musuh Islam di sebelah barat laut, Byzantium. Di ‘Akka (Acre),
setelah penaklukan Suriah, ia berasil menguasai galangan kapal (bahasa Arab
tunggal dar al-shina’ah) Byzantium dengan segala perlengkapanya, sehingga ia
bisa memanfaatkanya untuk memebangun angkatan laut Islam. Dalam sejarah maritim
Islam, galangan kapal itu mungkin merupakan yang kedua setelah galangan kapal
di Mesir.
Pemerintahan
Mu’awiyah tidak hanya ditandai dengan terciptanya konnsolidasi internal, tetapi
juga peluasan wilayah Islam. Pada masa pemerintahanya, ekspansi dilakukan ke
Africa Utara yang dipimpin oleh Uqbah ibn Nafi’. Di sebelah timur, pasukan
Islam berasil menaklukan Khurasan (663-671) dari arah Bashrah, meneybrangi
Oxus, dan menyerbu Bhukara di Turkistan (674). Jadi, Mu’awiyah bukan saja
menjadi bapak sebuah dinasti, tetapi juga pendiri kekhalifahan kedua setelah
Umar.
c.
Permusuhan dengan Byzantium
Ketika posisi
Mu’awiyah belum mantap, dan banyak diperogoti persoalan dalam negeri, ia merasa
perlu untuk melakukan gencatan senjata (685/659) denga raja Constatine II
(641-668) dengan menyerahkan sejumlah upeti tahunan, yang jumlahnya disebutkan
dalam karya Theophanis dan dirujuk sekilas oleh al-Baladzuri. Tetapi tak lama
kemudian, penguasa Damaskus menyangkal kewajiban membayar upeti itu, dan
memulai serangan-serangan kewilayah-wilayah Byzantium melalui darat dan laut
dengan lebih gigih dibanding serangan para khalifah sesudahnya. Dua kali
Mu’awiyah menyerahkan pasukanya ke ibu kota musuh. Motif utama serbuan ke Bilad al-Rum (negeri orang-orang Romawi,
Asia Minor) tidak lain adalah untuk memperoleh rampasan perang, meskipun
gambaran tentang konstatinopel juga menjadi daya tarik mereka. Secara bertahap,
serangan-serangan kecil itupula menjadi aktivitas tahunan di musimpanas, yang
berfungsi untuk menjaga agar kondisi pasukan tetap segar dan relatif.
B. Puncak Kekuasaan Bani Umayyah
a.
Penciptaan Stabilitas dalam Negeri
Marwan
(683-685), pendiri dinasti Umayyah dari keluarga Marwan, digantikan oelh
anaknya, ‘Abd al-Malik dan keempat anaknya yang kemudian meneruskan kekuasaanya
dan kejayaanya. Selama pemerintahan al-Walid dan Hisyam, imperium Islam berasil
memperluas wilayah sampai batasan-batasan yang terjauh, membentang dari pantai
Lautan Atlantik dan Pyrences hingga ke Indus dan batasan China, perluasan yang
hampir tak tertandingi sejak masa klasik, dan hanya dilampaui pada masa modern
oleh kerajaan Inggris dan Rusia. Pada masa kejayaan tersebut terjadi penaklukan
Transoxiana, penaklukan daerah Eropa sebuah upaya terbesar yang pernah
dilakukan oleh orang-orang Arab, yaitu penaklukan Spanyol.
b.
Ekspansi ke Asia Tengah, India dan Semenanjung
Iberia
Setelah
wilayahnya berhasil dikendalikan dan dijaga ketat, wakil Umayyah yang
bersemangat itu dengan leluasa memberikan wewenang kepada para komandanya untuk
bergerak lebih jauh ke Timur. Salah seorang di antara mereka, Abd al-Rahmah ibn Muhammad ibn al-Sy’ats, seorang
keturunan keluarga raja Kindah dan Gubernur Sijistan, kelak memimpin
pemberontakan menentang otoritas al-Hajjaj, dikirim (699-700) untuk menghadapi
Zunbil, raja Turki di Kabul (di Afganistan sekarang), yang menolak membayar
pajak. Ekspedisi militer Abd al-Rahaman, dengan pasukan bersenjata lengkap,
sehingga disebut “pasukan burung merak”berhasil dengan geimilang.
c.
Kerajaan Islam, seratus tahun pasca wafatnya
Muhammad
Tahun 732
menandai seratus tahun wafatnya nabi Muhammad. Pada titik pergerakan sejarah
dan geografi ini kita berhenti sejenak untuk meninjau situasi umum yang ada.
Seratus tahun setelah wafatnya pendiri Islam, para pengikutnya menjadi penguasa
kerajaan yang lebih besar dibanding kerajaan Romawi pada masa kejayaanya,
sebuah kerajaan di wilayahnya membentang dari pantai Biscay hingga Indus dan
perbatasan China, serta dari laut Aral hingga sungai Nil bagian bawah. Nama
Nabi putra Arab ini, diiringi dengan Nama Allah yang Maha Besar. Berkumandang
lima kali sehari dan ribuan menara yang tersebar di seluruh Eropa Barat daya,
Afrika Utara, serta Asia Barat dan tengah. Damaskus yang menurut hadits,
Muhammad muda ragu-ragu untuk mendatanginya karena ia hanya ingin masuk surga
sekali saja, telah menjadi ibu kota karajaan besar.
d.
Arabisasi dan Reformasi Adminitrasi Negara
Adminitrasi
kerajaan di bawah kepemimpinan Abd al-Malik dan al-Walid meliputi perubahan
bahasa yang digunakan dalam catatan adminitrasi publik (diwan) dari bahasa Yunani ke dalam bahasa arab di Damaskus, dan
dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab di Irak dan provinsi bagian Timur,
serta penerbitan uang logam Arab. Perubahan bahasa secara otomatis menyebabkan
perubahan struktur kepegawaian.
Pada masa
pra-Islam, uang Romawi dan Persia digunakan di Hijaz, di samping beberapa uang
perak Himyar yang bergambar burung hantu Attic, Umar, Mu’awiyah, dan para
khalifah terdahulu lainya merasa cukup dengan mata uang asing yang sudah
beredar, dan mungkin pada bebrapa kasus menyertakan kutipan ayat Al-qur’an
tertentu pada koin-koin itu. Sejumlah uang emas dan perak pernah dicetak
sebelumnya pada masa ‘Abd Al-Malik, tapi cetakan itu hanyalah tiruan dari mata
uang Byzantium dan Persia.
Pada 695, Abd
al-Malik mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya orang
Arab. Wakilnya di Irak, al-Hajaj, mencetak uang perak di Kufah pada Tahun
berikutnya.
e.
Menumen-monumen Arsitektual
Di antara
prestasi menonjol pada masa ini adalah banyaknya menumen arsitektual, beberapa
di antaranya bertahan hingga masa sekarang.
Di
Palestina, di atas reruntuhan kota kuno, khalifah Sulayman membangun sebuah
kota bernama al-Ramlah, yang ia jadikan sebagai tempat kediamanya. Bekas-bekas
istananya masih bisa disaksikan hingga masa Perang Dunia Kedua, dan menara
Masjid Putihnya (terbesar ketiga di Suriah setelah Masjid Umayyah di Damaskus dan
Kubah Batu di Yerussalem) yang dibangun kembali oleh raja Mamluk pada dekade
awal abad ke-14, masih tetap berdiri. Di bawah kepemimpinan Sulayman, ibu kota
kerajaan tidak lagi menjadi kediaman khalifah. Hisyam tinggal di Rusafah,
sebuah pemukiman Romawi dekat Raqqah. Tahun 691, Abd al-Malik membangun Kubah
Batu (Qubbat al-Shakhrah), di Yerusalem
.
C. Administrasi Politik dan Kondisi Sosial
Pada Masa Dinasti Umayyah
a.
Administrasi Pemerintahan dan Militer
Secara umum,
ada kesamaan antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasyiah dalam hal pembagian
wilayah administrasi. Kerajaan dibagi ke dalam beberapa provinsi, sesuai dengan
pembagian pada masa imperium Byzantium dan Persia.
Provinsi-provinsi itu adalah:
·
Suriah-Palestina
·
Kufah, termasuk Irak
·
Bashrah yang meliputi Persia, Sijistan,
Khurasan, Bahrain, Oman, mungkin ditambah dengan Nejed dan Yamamah
·
Armenia
·
Hijaz
·
Karman dan diwilayah di perbatasan India
·
Mesir
·
Africa kecil
·
Yaman dan kawasan Arab Selatan
Secara
bertahap provinsi digabung, sehingga tersisa lima provinsi yang masing-masing
diperintah oleh seorang wakil khalifah. Mu’awiyah menggabungkan Bashrah dan
Kuffah di bawah satu pemerintahan, yaitu Irak, yang meliputi Persia dan Arab
bagian Timur, dengan Kufah sebagai ibu kotanya, pemerintah oleh seorang wakil
khalifah.
b.
Kehidupan keluarga Istana
Ketika malam
tiba, para khalifah menikmati hiburan dan jamuan sosial. Mua’awiyah sangat suka
mendengar kisah sejarah, anekdot terutama dari Arab selatan dan pembacaan
puisi. Untuk memuaskan kegemarannya. Ia mendatangkan seorang ahli cerita
dari Yaman. Abid ibn Syaryah, yang
menghibur khalifah sepanjang malam dengan kisah-kisah kepahlawanan masa lalu.
Minuman yang paling disukai adalah sirup buah, yang sering menjadi tema
lagu-lagu Arab dan hingga kini masih bisa di nikmati di Damaskus, dan kota-kota
Timur Lainya. Minuman yang biasa sangat dinikmati oleh kaum wanita.
c.
Keadaan umum ibu kota
Bisa dikatakan
bahwa irama kehidupan dan karakteristik Damaskus tidak banyak berubah sejak
menjadi ibu kota Dinasti Umayyah. Dulu, seperti juga sekarang di jalan-jalan
sempit dan padar, banyak di temui orang Damaskus, yang mengenakan celana lebar,
sepatu dengan ujung berwarna merah, dan sorban besar, terlihat menepuk-menepuk
pundak orang badui yang berbusana longgar, mengenakan kufiyah (tutup kepala) dan iqal
(ikat kepala), atau ada juga orang Ifranji
yang berpakaian Eropa.
d.
Keadaan Dua Ibu Kota suci: Mekah dan Medinah
Kehidupan di
Medinnah yang tenang, dan dipandang sakral oleh orang Islam terdahulu teleh
menarik para calon ulama yang mencurahkan hidup mereka untuk mempelajari
aturan-aturan hukum dan ritual. Kota yang merupakan tempat pemakaman Nabi itu menjadi pusat penyebaran dan pembelajaran
Hadits Nabi, yang pada masa Anas Ibn Malik (wafat: antara 709 dan 711) dan
Abdullah ibn Umar ibn al-Khaththab (wafat 693) berkembang menjadi mahkota ilmu
pengetahuan.
Mazhab Mekah
dikenal karena reputasi abdullah ibn al-Abbas, yang biasa dipanggil Abu
al-Abbas (wafat 688), saudara sepupu Nabi dan leluhur para khalifah dinasti
Abbasiyah, yang juga dikenal karena keluasan ilmunya dalam bidang hadits dan
hukum, serta keahlianya menafsirkan Al-Qur’an sehingga ia mendapatkan gelar hib al-ummah (wali umat ini). Namun,
kajian kritis yang dilakukan para sarjana modern menunjukan bahwa ia telah
memalsukan sejumlah hadits.
D. Warisan Peradaban Dinasti Umayyah dan Akhir
Kekuasaanya
a.
Kahidupan di Bashrah dan Kuffah
Para penakluk
dari padang pasir tidak memiliki tradisi belajar dan khazanah budaya yang dapat
diwariskan kepada negeri-negeri taklukan mereka. Di Suriah, Mesir, Irak, dan
Persia mereka duduk khidmat, menjadi murid dari orang yang mereka taklukan. Dan
sejarah membuktikan, mereka merupakan murid yang sangat rakus ilmu.
Dekatnya masa
Dinasti Umayyah dengan masa Jahiliah, banyaknya peperangan yang mereka lakukan,
baik perang sipil maupun perang perang melawan musuh asing, dan kondisi sosial
ekonomi yang belum stabil di dunia
Islam, merupakan beberapa faktor penentu lambatnya perkembangan
intelektual pada masa awal ekspansi
islam. Namun benih telah disebarkan, dan pohon pengetahuan yang tumbuh rindang
pada masa awal Dinasti Abbasiyah di Baghdad
jelas telah berakar kuat pada masa sebelumnya, yaitu dalam tradisi
Yunani, suriah, dan Persia. Dengan demikian, biasa dikatakan bahwa masa Dinasti
Umayyah merupakan masa inkubasi.
b.
Perkembangan Gerakan Keagamaan
Pada masa
dinasti Umayyah kita juga menemukan adanya cikal-bakal gerakan filosofis
keagamaan yang berusaha menggoyangkan pondasi agama Islam.
c.
Tradisi Literer pada Periode Umayyah
Ada beberapa
asfek yang bisa menjadi petunjuk terhadap perkembangan kebudayaah literer
secara umum pada periode ini, di antaranya Pidato, Korenpodensi, dan Puisi,
ketiga asfek tersebut merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang pada
masa itu.
Sastra Arab
secra umum terbagi dua jenis, yaitu Prosa (natsr),
yang meliputi dua afek, yang pertama Puisi (syi’r),
Pidato di depan Publik, dalam berbagai bentuknya, telah berkembang dan mencapai
puncaknya selama masa Dinasti Umayyah.
d.
Perkembangan Lembaga pendidikan dan ilmu
Pengetahuan
Pada masa
dinasti Umayyah belum ada lembaga pendidikan formal, putra-putra khalifah Bani
Umayyah biasanya akan “disekolahkan” ke
badiyah, gurun Suriah, untuk mempelajari bahasa Arab murni, dan mendalami
puisi. Ke sanalah Mu’awiyah mengirimkan putra-putranya yang merupakan
penerusnya. Yazid.
e.
Pekembangan Arsitektur
Arsitektur asli
orang Arab hanyalah yang terdapat di
Yaman, tempat peneyelidikan dan penelusuran kita belum memberikan data-data
yang memadai.
f.
Perkembangan Seni Rupa dan Musik
Gambaran yang
paling awal dari seni rupa Islam adalah lukisan di Qushayr Amrah, yang
menampilkan karya para pelukis kristen. Pada dinding –dinding tempat
peritirahatan dan pemandian al-Walid I di Transyordania terdapat gambar enam
raja, termasuk roderick, raja Visigot (gotik barat) Spanyol yang terakhir.
g.
Kemunduran Dinasti Umayyah
Faktor-faktor yang menjadi kemunduran
dinasti Umayyah
·
Khalifah Yazid I, lebih suka berburu, pesta
minuman, tenggelam dalam alunan musik dan puisi, ketimbang membaca Al-Qur’an
atau mengurus persoalan negara.
·
Berpoya-poya dalam kemewahan, serta meningkatkan
kekayaan dan melimpahnya Budak, menjadi penomena umum bahkan keluarga khalifah
tidak lagi berdarah Arab murni.
·
Kelemahan klasik dan khas dari kehidupan sosial
orang Arab, yang terlalu menekankan individualisme, semangat kesukuan (ashabiyah), dan pertikaian kembali
menampakan wujudnya.
E. Berdirinya Dinasti Abbasiyah
a.
Al-Manshur, pendiri sejati Dinasti Abbasiyah
Hasyim
Abdullah Abu
Tholib
al-Habbas
Muhammad al-Hasan al-Husayn Abdullah
Ali
Muhammad
Al- Saffah Al-Manshur
(750-754) (754-775)
b.
Keluarga Wazir Persia
Keluarga kepemimpinan al-Mashur, sistem
Wazir yang berasal dari ketatanegaraan Persia, diterapkan untuk pertama kalinya
adalam pemerintahan Islam. Khalid ibn Barmak adalah orang pertama yang memegang
jabatan tinggi tersebut. Ibu khalid adalah tawanan yang ditangkap (705) oleh
Qutaybah ibn Muslim di Balkh, ayahnya adalah seorang Barmak, yaitu seorang pemimpin utama di sebuah biara Budha di tempat
yang sama.
F. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah
a.
Hubungan Internasional dinasti abbasiyah
·
Hubungan persahabtan
Habatan keduanya, tentu saja didorong oleh
kepentingan pribadi charlemagne menjadikan Harun sebagai sekutu potensial untuk mengahadapi Byzantium yang
tidak bersahabat.
·
Hubungan persahabtan itu menurut para penulis
Barat, diwujudkan dalam bentuk pertukaran para duta dan hadiah.
b.
Zaman keemasan Baghdad
Selama masa kekhalifahan Harun
al-Rasyid (786-809), meskipun usianya kurang dari setengah abad, baghdad pada
saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran
internasional yang luar biasa.
c.
Kebangkitan Itelektual
Kemenangan tentara islam pada masa
al-Mahdi dan al-Rasyid atas orang Byzantium, musuh lama islam,memang telah
membuat tenar periode itu.
Gerakan intelektual itu ditandai oleh
proyek penerjemahan karya-karya berbahasa Persia, Sanksekerta, Suriah, dan
Yunani ke Bahasa Arab.
G. Negara Abbasiyah
a.
Negara Abbasiyah
Kepala negara adalah seorang khalifah
yang setidaknya dalam teori, memegang semua kekuasaan, ia dapat dan telah
melimpahkan otoritas sipilnya kepada seorang wazir, otoritas pengadilan kepada
seorang hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada seorang jenderal (amir),
tapi khalifah sendiri tetap menjadi pengambil keputusan terakhir dalam semua
urusan pemerintahan.
b.
Sumber pemasukan negara.
Selain pajak, sumber pemasukan negara
adalah zakat yang merupakan satu-satunya pajak yang diwajibkan atas setiap
orang islam.
c.
Biro-biro pemerintahan
o
Dewan korenpudensi atau kantor arsip
o
Dewan penyelidik keluhan
o
Departemen kepolisian
d.
Sistem organisasi militer
o
Pasukan tetap (jund)
o
murtaziqah
(pasukan yang dibayar secara berkala oleh pemerintah)
o
Muthawwi’ah
(sukarelawan)
e.
Administrasi wilayah pemerintahan
Provinsi-provinsi
yang utama pada masa kakhalifahan Baghdad
·
Afrika disebelah Barat Gurun Libya
·
Mesir
·
Suriah dan Palestina yang terkadang dipisahkan
·
Hijaz dan Yamamah (Arab tengah)
·
Yaman dan Arab Selatan
·
Bahrain dan Oman, dengan Bashrah dan Irak sebagai
Ibu Kotanya
·
Sawad atau Irak (mesopotamia bawah) yaitu kota
utamanya baghdad, kuffah dan Wasit.
·
Jazirah yaitu kawasan Assyiria kuno, bukan
semenanjung Arab, ibukota Mosul.
·
Azerbaijan, kota besarnya Tibriz, Ardabil,
maraghah
·
Jibal yaitu (perbukitan, media kuno)
H. Kehidupan Masyarakat Pada Masa Dinasti
Abbasiyah
a.
Kehipuan keluarga dan gaya hidup masyarakat
·
Pada masa ini banyak perempuan yang berhasil
mengukir prestasi dan berpengaruh di pemerintahan, baik dari kalangan atas,
seperti Kayzuran, istri al-mahdi dan ibu al-Rasyd
·
Wanita muda Arab pergi berperang dan memimpin
pasukan
·
Menggubah puisi dan bersaing dengan laki-laki di
bidang sastra
·
Mencerahkan masyarakat dengan kecerdasan.
b.
Perdagangan dan industri
-
Masyarakat kelasa atas yang berada di bawah
kelas aristokrat terdiri atas para penulis sastra, orang terpelajar, seniman,
pengusaha, pengrajin, dan pekerja profesional.
-
Masyarakat kelas bawah membentuk mayoritas
penduduk negara yang terdiri atas petani, pedagang, penggembala, dan penduduk
sipil yang menjadi penduduk asli dan berstatus sebagai dzimmi.
c.
Perkembangan bidang pertanian
Bidang pertanian maju pesat pada awal
pemerintahan Dinasti Abbasiyah karena pusat pemerintahanya sendiri berada di
daerah yang sangat subur, di tepian sungai yang biasa dikenal dengan nama
Sawad.
d.
Warga nonmuslim di kekhalifahan Islam
Dzimmi hanya
mencakup kelompok yang memiliki kitab suci, yaitu Yahudi, Kristen, dan Sabiin.
Orang
Kristen dan Yahudi banyak yang menduduki jabatan penting seperti bagian
keuangan, administrasi, dan jabatan profesional lainya.
e.
Isamisasi Kerajaan
Pada
kenyataanya ‘penaklukan Islam’ yang dilakukan terutama pada masa khulafa’
al-arasyidin, seperti yang telah dibahas sebelumnya, merupakan penaklukan oleh
pasukan Arab dan bangsa arab.
I. Kemajuan Dibidang Ilmiah dan Sastra
a.
Kajian dalam bidang kedokteran
Khalifah
al-Rasyid, al-Ma’mum yang membangun apotek pertama, mendirikan sekolah Farmasi
pertama, dan menghasilkan buku-buku obat-obatan.
b.
Perkembangan filsafat Islam
Filsafat
merupakan pengetahuan tentang kebenaran arti yang sebenarnya, sejauh hal itu
bisa dipahami oleh pikiran manusia.
c.
Kajian Astronomi dan Matematika
Ahli-ahli
astronomi al-Ma’mun melakukan salah satu perhitungan paling rumittentang luas
permukaan bumi. Juanya adalah untuk menentukan ukuran bumi, dan kelilingnya
dengan asumsi bahwa bumi berbentuk bulat.
d.
Perkembangan dalam bidang kimia
Setelah ilmu
kedokteran, astronomi, dan matematika orang Arab memberikan kontribusi ilmiah
terbesar dalam bidang kimia. Dalam bidang ilmu kimia, dan ilmu pengetahuan
fisika lainya, orang Arab telah memperkenalkan tradisi penelitian objektif
sebuah perbaikan penting terhadap tradisi pemikiran spekulatif orang Yunani.
e.
Kajian geografi
Orang islam
dalam mempelajari geografi, Astrologi yang membutuhkan penetapan garis lintang
dan bujur semua tempat di permukaan Bumi semakin menambah pengaruh ilmiahnya.
f.
Kajian historiografi
Sejarah
berawal dari legenda dan anekdot yang terkait dengan masa-masa pra Islam, dan
tradisi keagamaan yang brekisar pada nama dan kehidupan nabi.
g.
Kajian Teologi
Ilmu
pengetahuan yang paling penting yang muncul dari kecendrungan itu adalah
teologi, hadits, fikih, filologi, dan linguistik. Banyaknya sarjana dalam
bidang ini adalah keturunan Arab.
h.
Kajian Hukum dan Etika Islam
Orang Arab
adalah satu-satunya bangsa pada abad pertengahan yang melahirkan ilmu-ilmu
Yurispudensi, dan berkembang sebuah sistem independen.
i.
Perkembangan Sastra dan bidang kesenian Lainya
Prosa pada
masa itu adalah kecendrungan merespon atas pengaruh Persia untuk menggunakan
ungkapan-ungkapan hiperbolik dan bersayap. Ungkapan yang tegas, singkat, dan
sederhana.
J. Pendidikan
Kesenian dan Arsitektur
a.
Pendidikan dasar, menengah, dan perguruan Tinggi
Pendidikan
anak-anak dimulai di rumah masing-masing. Ketika anak mulai bisa bicara bapak
wajib mengajarkan kalimat Tauhid la ilaha illa allah. Dan ketika berumur
enam tahun ia mesti diajri untuk melaksanakan sholat. Pada usia itu pulalah
dimulai pendidikan Formal.
b.
Perpustakaan dan tokoh Buku
Mesjid juga
berfungsi sebagai tempan penyimpanan buku. Buku-buku itu didapatkan hadiah yang
diberikan kepada pengurus mesjid atau hasil pencarian berbagai sumber.
c.
Perkembangan media Tulis
Media tulis
adalah kain parca dan papirus. Dokumen-dokumen resmi yang ditulis di atas kain
perca dan disimpan ketika terjadi perang sipil antara al-Amin al-Ma’mun, di
cuci bersih kemudian dijual lagi.
d.
Tingkat peradaban masyarakat
Umat islam
yang memiliki tingkat pendidikan dan kebudayaan yang tinggi, tapi cukup sulit
untuk menentukan tingkat kebudayaan masyarakat secara umum.
e.
Perkembangan seni dan Arsitektur
Dalam bidang
seni, layaknya dalam bidang sastra, seorang Arab, atau seorang Semit, memiliki
daya apresiasi yang sangat tajam terhadap berbagai hal yang partikular dan
subjektif.
f.
Perkembangan bidang seni rupa
Larangan
kalangan teolog terhadap semua bentuk representasi seni rupa tidak cukup kuat
menghentikan perkembangan senirupa dalam sejarah islam dibandingkan larangan
al-Qur’an yang lebih tegas terhadap kosumsi minuman keras.
g.
Perkembangan seni Musik
Larangan
para ahli fikih terhadap musik dan alat musik tidak berlaku efektif di baghdad
dibandingkan dengan yang terjadi
sebelumnya di Damaskus.
K. Sekte-Sekte dalam Islam
a.
Rasionalis Lawan Ortodoks
Periode ini
merupakan periode pembentukan ketika islam mulai mencari dan membangun fondasi
peradabanya yang khas dan mandiri, yang kemudian diwariskan hingga saat ini,
dalam bidang teologi dan hukum, dalam sains dan filsafat, dan sastra dan
humaniora.
b.
Tasauf
Tasauf
merupakan bentuk mestisisme dalam islam, tasauf bukanlah satu tatanan ajaran,
tetapi lebih sebagai modus pemikiran dan perasaan dalam kerangka agama.
c.
Mazhab Syi’ah
Kelompok
syi’ah merupakan kelompok pengikut Ali tidak dapat pengakuan yang lebih baik
pada masa Abbasiyah dibandingkan pada masa umayyah.
L. Kekhalifahan Terpecah, Dinasti-Dinasti
Kecil di Barat
a.
Munculnya dinasti-dinasti kecil
Pada tahun
785, Idris ibn Abdullah, cicit al-Hasan, ikut serta dalam salah satu
pemberontakan sengit kelompok pengikut Ali di Medinah. Perlawanan bisa di redam
dan di menyelamatkan diri ke Maroko (Al-Magrhrib). Di sana dia berhasil mendirikan
sebuah kerajaan yang mengabdika namanya selama hampir dua abad (788-974)
b.
Dinasti Thulun
Pendiri
dinasti Thulun berumur pendek (dawlah, 868-905) di Mesir dan Suriah adalah
Ahmad Thulun.
c.
Dinasti Iksidiyah
Dinasti ini
didirikan di Fusthat. Pendiri dinasti ini adalah Muhammad ibn Thughj (935-946).
M. Dinasti-Dinasti di Timur
a.
Dinasti Tahiriyah, Saffariyah, Samaniyah, dan
Gaznawi
Saat
dinasti-dinasti kecil sebagian besar berasal dari Arab memecahkan wilayah
kekuasaan khalifah di Barat, proses yang sama juga tengah terjadi di
Timur,terutama di lakukan oleh orang Turki dan Persia.
b.
Benih-benih kehancuran dinasti Abbasiyah
Kemunculan
pasukan pengawal kerajaan yang membangkang, diikuti berbagai pemberontakan
budak-budak negro, telah meruntuhkan otoritas pusat dan membuka jalan bagi
naiknya rezim Buawhi.
c.
Dinasti Buwahi
Khalifah
al-Mustakfi di baghdad menerima Ahmad ibn Buwahi mengangkat sebagai amir al-umara dia seorang pendiri
dinasti Buwahi yang yang dinobatkan dari namanya sendiri.
N. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah
a.
Faktor internal keruntuhan Abbasiyah
Faktor
internal
-
Merosotnya drastis kekuasaan anak cucu mereka
antara pertengahan abad ketiga dan pertengahan abad ke empat.
b.
Faktor eksternal keruntuhan Abbasiyah
-
Serbuan kaum Bar-Bar
-
Munculnya banyak dinasti-dinasti seperti
cendawan di musim hujan