Jumat, 11 Januari 2013

PEREDARAN BENDA-BENDA LANGIT



BAB I
PENDAHULUAN
Mempelajari benda-benda langit tidak kalah pentingnya mempelajari ilmu-ilmu lain. Manusia harus mengetahui tentang benda-benda di alam semesta. Keberadaan benda-benda dilangit dan di bumi memiliki daya tarik yang bermacam ragam atau bervariasi yang menimbulkan rasa ingin tahu yang dapat mendalami kajian tentang alam semesta, kagum,dan  takjub akan adanya ciptaan Allah SWT yang tiada tandingnya, yang ciptaannya tak dapat tersaingi oleh makhluk Nya, sepintar apapun manusia tersebut.
            Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta ini dikaji dalam cabang keilmuan astronomi. Ilmu astronomi ini dikembangkan sesuai dengan hasil pengamatan diantara pengamatan tersebuut mencakup tatasurya seperti komet, bulan, meteor, matahari, planet, dan asteroid, juga lingkungan bimasakti seperti bintang-bintang dan gugus bintang. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Albaqarah, 33 yang berbunyi :
tA$s% ãPyŠ$t«¯»tƒ Nßg÷¥Î;/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ ( !$£Jn=sù Nèdr't6/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ tA$s% öNs9r& @è%r& öNä3©9 þÎoTÎ) ãNn=ôãr& |=øxî ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ãNn=÷ær&ur $tB tbrßö7è? $tBur öNçFYä. tbqãKçFõ3s? ÇÌÌÈ  
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
            Yang dalam hal ini manusia harus dapat mengungkap rahasia semesta menggunakan fikiran mereka.
            Pergerakan benda-benda langit ini terjadi terus menerus, yang sampai detik ini benda-benda langit tersebut masih bergerak yang dapat menimbulkan efek bagi makhluk hidup itu sendiri. Pergerkan benda-benda langit ini terrjadi semata atas kehendak Allah SWT.
Perputaran bumi terjadi gaya tolak-menolak dengan matahari, dimana matahari dan memiliki gaya tarik menarik ( gravitasi ). Jikalau bumi tidak berputar, maka daerah yang disinari matahari secara terus menerus akan hangus terbakar dan hancur tertarik oleh matahari.


BAB II
PEMBAHASAN
PEREDARAN BENDA-BENDA LANGIT

            Sudah lama manusia berkenalan dengan langit, bahkan ada peninggalan berupa lukisan tua di La Pileta, Spanyol. Yang  diinterpretasikan sebagai gambar dari matahari. Lukisan itu sudah berusia 35.000 tahun.[1] Perjalanan panjang yang ditempuh manusia untuk sampai pada era astronomi modern.
            Obyek astronomi itu sangat luas untuk bisa dieksplorasi atau didatangi dengan wahana antariksa untuk diamati lebih rinci dalam sebuah laboratorium di bumi. Meskipun demikian astronomi dapat dikembangkan dengan cara melakukan pengukuran, pengamatan, dan menganalisa kurir informasi yang dipancarkan oleh benda langit. Informasi benda langit bisa diperoleh mengenai pengamatan , informasi astrometry, ( posisi, gerak diri, presesi, paralaks dan sebagainya ), fotometri ( pengukuran kuat cahaya,variasi kuat cahaya, warna ).[2] Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan data hukum alam kelahiran fenomena alam itu dapat dipahami.
1.      Dalil Al-qur’an Mengenai Peredaran Benda-Benda Langit.
Firman Allah dalam surat Ali Imran : 190, yang berbunyi
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ  
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
            Dan ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang hal ini adalah QS. Al-Mu’minun: 80, Al-Jatsiyah: 5, Al-Qashash: 71-72 dan lain-lain.
2.      Peredaran Bumi Mengelilingi Matahari
Sebelum menguraikan peredaran bumi, Drs Rafni dalam bukunya “ Ilmu Falak I” akan membahas tentang 2 teori-teori tentang tatasurya : Sistem Ptolemeus[3] dan sistem Kopernicus. [4]
1.      Sistem Ptolomeus menempatkan bumi pada pusat peredaran plane-planet dan matahari. Sistem ini disebut geosentrik.
2.      Sistem Koprinicus menempatkan matahari sebagai pusat tata surya. Sistem ini disebut Heliosentrik.[5]
Secara konseptual, teori Copernicus lebih sederhana. Karena semakin jauhnya planet dari matahari, maka jalanya planet tersebut semakin lambat. Teori kopernicus ini banyak didukung oleh para ahli salah satunya GalileoGalilei ( 1564-1642M ).
Kaitannya dengan peredaran bumi mengelilingi matahari akan dipakai sistem kopernicus karena sudah dikembangkan oleh para ahli sesudahnya. Yang mana hukum Kapler I menyebutkan bahwa bumi beredar mengelilingi matahari berada disalah satu titik fokusnya. Lintasan elips ditempuh bumi untuk berkeliling secara sempurna yang dinamakan Priode sideris bumi. Akibat revolusi bumi, seolah-olah matahari mengelilingi bumi dalam bentuk elips dan bumi seakan-akan berada pada salah satu titik fokusnya.
Bumi yang mengelilingi matahari pada lintasan elips dan matahari yang berada pada salah satu titik fokusnya, pada saat lain bumi berjarak dekat dengan matahari disebut titik Perihelion ( Nuqtatu ar-Ra’si )[6] yang dicapai oleh bumi setiap tanggal 4 Januari dan ketika kedudukan bumi jauh dari matahari disebut Aphelion/ apogee ( Auj )[7] yang dicapai setiap tanggal 5 Juli.
Jika diambil dua titik yang tetap yang berbeda untuk menentukan lamanya priode bumi mengelilingi matahari, maka akan diperoleh 2 macam tahun yaitu :
1.      Tahun sideris / sideral Year ( as-sunnah al-nujumiyah )
Adalah revolusi bumi yang mengelilingi matahari satu putaran elips penuh yang lamanya 365,2564 hari atau 265 hari 6 jam 9 menit 10 detik.[8]
2.      Tahun Tropis / Tropical Year ( as-sunnah al-‘adiyah )
Adalah priode revolusi bumi mengelilingi mataharirelative terhadap titik musim semi yang lamanya adalah 365.2422 hari 265 hari 5 jam 48 menit 46 detik.

            Jadi perbedaan antara tahun sideris dan tahun tropis adalah 20 menit 24 detik. Kalender masehi yang digunakan sekarang dibuat berdasarkan tahun tropis yang dikenal dengan sistem gregorius.[9]
            Bumi yang berputar pada porosnya, dengan arah rotasinya dari barat ketimur disebut rotasi bumi. Periode rotasi bumi adalah 23 jam 56 menit 4 detik. Akibat dari rotasi bumi ini adalah :
1.      Terjadinya pergantian siang dan malam.
2.      Terjadinya perbedaan waktu setempat.
3.      Terjadinya pembelokan arah angin.
Adapun revolusi bumi yakninya gerak bumi mengitari matahari. Gerak revolusi bumi ini disebut juga gerak tahunan bumi atau gerak annual. Akibat dari revolusi ini adalah “ Matahari akan tampak seolah-olah mengelilingi mataharidalam bentuk lintasan elips dan bumi seakan akan berada pada salah satu titik fokusnya”.
3.      Peredaran Bulan Mengelilingi Matahari.
Benda langit yang paling dekat dengan bumi adalah bulan. Bulan juga merupakan  satelit bumi. Ia beredar mengelilingi bumi dalam waktu 27,32166 hari atau 27 hari 7 jam 43 menit 11,42 detik. Waktu edar ini dikenal dengan nama priode sideris.
Bidang lintasan bulan mengelilingi bumi dan bumi mengelilingi matahari tidak tepat dalam satu bidang melainkan miring.dengan variasi kemiringan ini terdapat dua titik potong antara bulan mengelilingi bumi dengan bidang eliptika. Titik-titik potong ( simpul ) ini dalam astronomi dikenal .dengan nama Ascending Node ( Uqdah Jauzahar ) dan Descending Node ( Uqdah Naubahar ).
Dalam revolusi bulan mengelilingi bumi, maka bulan akan berada pada arah yang sama dengan matahari, saat ini disebut fase bulan  baru ( new moon ). Sedangkan kebalikannnya yaitu saat bulan pada arah yang berlawanan dengan matahari, disebukt fase bulan purnama ( full moon).  Pada fase new moon, seluruh bagian bulan yang gelap akan menghadap ke bumi. Sedangkan ketik fase full moon, seluruh permukaan bulan yang terang akan menghadap ke bumi.[10]
Durasi yang dibutuhkan oleh bulan berada dalam suatu fase bulan baru ke bulan baru berikutnya ( Phases of the moon / aujuh al-qamar ) adalah 29,530588 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Lama waktu antara dua konjungsi ( ijtima’) ini dikenal dengan nama priode sinodis ( asy-syahru al-qamari ), dan priode sinodis inilah yang menjadi kerangka dasar kalender hijriyah. Oleh karena itu bulan hijriyah bervariasi antara 29 sampai 30 hari.
Gerhana matahari terjadi ketika posisi matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus pada saat bulan berada pada titik simpul. Pada saat gerhana matahari, cahaya matahari terhalang oleh bulan dan bayangan bulan yang sampai kebuli terdiri dari dua bagian, yaitu daerah yang paling gelap disebut penumbra
Salah satu metode perkiraan terjadinya gerhana matahari yang paling sederhana adalah menggunakan periode saros yang lamanya 18 tahun 11,3 hari. Peride saros ini dapat ditentuka sebagai berikut :
Periode sinodik bulan panjangnya 29,53 hari dan revolusi titik simpulmengelilingi matahari adalah 364,62 hari. Dari kedua periode ini dapat dihitung bahwa 223 sinodik bulan akan sama dengan 19 kali periode revolusi titik simpul atau sama dengan 18 tahun 11,3 hari.
Periodesinodik bulan= 223x29,53=6585,32 hari.
Periode revolusi titik simpul= 19x346,62=6585,78 hari.[11]
Jadi periode saros menunjukan bahwa setiap 18 tahun 11,3 hari, posisi bumi, bulan dan matahari akan persis sama. Oleh karena itu sudah dapat diperkirakan bahwa dalam satu periode saros akan terjadi gerhana matahari yang sama. Meskipun dikatakan sama akan tetapi belum tentu gerhana matahari tersebut akan terlihat di daerrah yang sama, karena yang dikatakan sama ini adalah posisi bumi, bulan dan matahari. Artinya yang sama adalah durasinya.
Sebagaimana bumi, bulan juga mempunyai gerak yang penting. Seperti rotasi yang tidak hanya terdapat pada bumi. Namun bulan juga berotasi mengelilingi bumi yang memerlukan waktu revolusinya 1 bulan. Itu sebabnya, bulan itu hanya tampak sebelah saja tampak dari bumi, sedangkan sebelahnya lagi tak pernah kehihatan.
Adapun revolusi bulan terhadap bumi, dari arah barat ke timur yang memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43 menit 12 detik.
4.      Terbit dan Terbenam
Dalam defenisi terbit dan terbenam, para ahli berbeda pendapat. Menurut kalangan astronom bahwa benda langit dikatakan terbenam bila benda langit tersebut mencapai horison dan terbit bila benda langit tersebut muncul di horison.[12] Kalangan hisab berpendapat bahwa suatu benda langit dikatakan terbenam bila benda langit tersebut sudah seluruhnya berada di bawah ufuk dan terbit bila benda langit tersebut sudah berada di ufuk.[13]

BAB III
PENUTUP
             Demikianlah pembahasan tentang gerak dan peredaran benda-benda langit pada makalah ini yang dapat kami susun, yang tentu saja masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran dari pihat yang terkait dalam hal ini sangat kami nantikan selaku penulis untuk perbaikan selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi kita semua.




















DAFTAR PUSTAKA
           
 Rafni, Ilmu Falak I, Padang : Hayfa Press, 2010

 Maskufa, Ilmu Falak, Jakarta : Gaung Persada

 Rachim Abdur,Ilmu Falak, Yogyakarta : Liberty, 1983

Kindersley, Dorling, Jendela Iptek : Astronoimi, Jakarta : Balai Pustaka






















[1] Moedji Raharto, Manusia, Islam dan Astronomi, makalah disampaikan dalam Pelatihan Hisab dan Rukyat Tingkat Internasional pada tanggal 16-18 Juni 1997 di Tugu Bogor, h.2.
[2] Ruang dengan radius 100 satuan astronomi dari matahari, 1 satuan astronomi =149.597870 x 109m atau hampir 150 juta km.
[3] Teori yang dibangaun oleh Ptolomeus ( abad II M ) sarjana Mesir Iskandargiyah.
[4] Teori yang dibangaun Kopernicus ( 1473-1543 ) Sarjana Prusia.
[5] Djoni N. Darwanas, Dasar-Dasar Astronomi Bola, ( Bandung : ITB, 1996 )
[6] Mansur Hanna Jordak, Al-Qamus al-FalakyInklizy-Araby,( Beirut : Maktabah Libanon, 1950 ), cet. Ke-1,240.
[7] Ichtijanto ( et.al ), Almanak Hisab Rukyat, Jakarta : Proyek Pembinaan Badan Peradailan Agama Islam, 1981. Cet ke 1, h. 218.
[8] Djoni N. Dawanas, Dasar-Dasar Astronomi Bola, h. 28 lihat juga Ichtijanto, Almanak Hisab Rukyat, h. 239.
[9] Satu tahun rata-rata kalender surya Gregorius adalah 365,2422 hari.
[10] Al-Farghani dan ICMI Orsat Belanda, Mawaqit Islamic Time Keeping, Copyright 1992-1993 version
[11] Moedji Raharto, Gerhana Matahari,makalah ini disampaikan dalam  Pelatihan Hisab dan Rukyat Tingkat Nasional pada tanggal 16-18 juni 1997 di Tugu Bogor, h. 4-5.
[12] Op.cit. h.30.
[13] Abdur Rachim,Ilmu Falak,( Yogyakarta : Liberty, 1983 ), cet. Ke-1, h.26.

0 komentar:

Posting Komentar